Skip to main content

Inilah Obat Paling Mahal Sedunia



Obat sangat diperlukan bagi pasien untuk menyembuhkan penyakitnya. Sayang, beberapa jenis obat harganya masih melambung tinggi. Bahkan obat termahal di dunia dibanderol dengan harga lebih dari Rp 15 miliar.

Glybera, yang dikembangkan oleh perusahaan swasta Belanda uniQure, merupakan obat terapi gen pertama di dunia yang diperkirakan harganya mencapai US $1,6 juta atau sekitar Rp 15,4 miliar. Tak heran, obat ini pun dinobatkan sebagai obat paling mahal sedunia.

Glybera adalah terapi gen pertama yang disetujui dalam pasar kesehatan independen.

"Terapi ini akan memiliki 'dampak yang dramatis' pada pasien," jelas Profesor John Kastelein, dari University of Amsterdam, seperti dilansir Worldrecordacademy.
 
Menurut Joern Aldag, chief executive dari uniQure yang berbasis di Amsterdam, obat ini dijual dengan harga tinggi karena terapi gen memulihkan fungsi tubuh alami dan tidak hanya memperbaiki dalam jangka waktu pendek.

Pengobatan dilakukan dengan menggunakan virus untuk melawan LPLD (lipoprotein lipase deficiency), yang dapat menyebabkan peradangan akut pada pankreas.

LPLD mempengaruhi sekitar satu dari sejuta orang, membuat mereka tak memiliki gen penting yang memecah partikel lemak dalam darah. Ini berarti lemak menumpuk dalam darah menyebabkan sakit perut dan peradangan pankreas (pankreatitis) yang mengancam nyawa.

Terapi obat ini menggunakan virus untuk menginfeksi sel-sel otot dengan meng-copy pekerjaan dari gen. Selain obat, cara lain untuk mengelola penyakit ini dengan memiliki diet sangat rendah lemak.

Comments

Popular posts from this blog

Berkunjung ke Kampung Pengembara Laut Suku Bajo Buton

Mencentang satu lagi destinasi yang sudah lama ada di bucketlist Pulau Buton: Kampung Suku Bajo. Suku Bajo dikenal sebagai pengembara laut ulung. Laut bagi mereka bukan hanya tempat mencari nafkah, tetapi juga rumah untuk tinggal. Mereka hidup di atas dan di bawah lautan. Mengapung dan menyelam di sana. Anak kecil hingga orang dewasa. Masyarakat Suku Bajo sering hidup berpindah-pindah. Mereka membuat perkampungan sendiri di atas karang dan mengapung di lautan, terpisah dari pemukiman warga di daratan. Di Indonesia, Suku Bajo bisa ditemui di perairan Kalimantan Timur (Berau, Bontang), Kalimantan Selatan (Kota Baru), Sulawesi Selatan (Selayar), Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Pulau Boleng, Seraya, Longos, Komodo), Sapeken, Sumenep, dan wilayah Indonesia timur lainnya. Saya beruntung bisa menyaksikan sendiri keseharian masyarakat Suku Bajo di Pulau Buton. Mereka membuat perkampungan di Desa Kondowa atau dikenal dengan Bajo Bahari, Kecamatan Wabula,

2,5 Tahun Menunggu Raina

Raina Nahda Fauzi.  Itulah nama yang saya dan suami berikan pada anak pertama kami. Bayi perempuan cantik yang kehadirannya sudah lama kami nantikan. Saya memang tak 'seberuntung' perempuan lain yang langsung hamil setelah sebulan, dua bulan, atau tiga bulan menikah. Raina lahir 31 Oktober 2015, dua setengah tahun setelah saya menikah. Di awal pernikahan, saya dan suami memang sepakat untuk menunda kehamilan. Alasannya karena kami masih sibuk mondar-mandir mencari rumah. Namun, di saat kami sudah punya rumah sendiri dan siap untuk memiliki momongan, kehamilan justru tak kunjung datang. Beberapa bulan saya mencoba hamil secara alami, hasilnya nihil. Saya dan suami pun memutuskan untuk mencari bantuan dokter. Kami sama-sama memeriksakan diri. Ternyata masalahnya ada di tubuh saya. Saya didiagnosa menderita polycystic ovary syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik, yaitu gangguan hormonal yang umum di kalangan perempuan usia reproduksi. Perempuan dengan PCO

PCOS, Olahraga, dan Hamil Lagi

Saya hamil lagi. Rasanya tak percaya saat melihat hasil test pack pagi itu. Dua garis merah, satu tegas satu samar, tapi jelas menggambarkan hasilnya positif. Saya kaget, sungguh tak menyangka bakalan hamil lagi secepat ini. Saya penderita  polycystic ovary syndrome  (PCOS). Dulu saya harus terapi macam-macam dan minum obat ini itu untuk bisa hamil Raina. Juga butuh waktu lama dan biaya yang tidak sedikit. ( Baca juga: 2,5 Tahun Menunggu Raina ) Alhamdulillah hamil kali ini benar-benar rezeki tak terkira dari Allah. Saya hamil alami tanpa program apapun, tanpa minum obat apapun. Umur Raina juga sudah 2 tahun, jadi saya tidak punya hutang menyusui lagi. Allah Maha Baik. Pakai kontrasepsi? Semenjak Raina lahir hingga ulang tahun ke-2 saya selalu menggunakan kontrasepsi. Lho? Bukannya PCOS bakalan susah hamil? Iya, memang. Haid saya masih belum teratur bahkan setelah Raina lahir. Tapi tidak separah sebelum punya anak. Dan saya ingat pesan dokter kandungan