Skip to main content

Posts

Showing posts from 2019

Udang Merah Keramat dari Buton

Udang merah keramat dari Buton. Kedengarannya mistis, ya? Karena kemistisan itulah kami penasaran dan ingin melihat langsung. Saya tidak tahu nama asli tempatnya, tapi sebut saja Danau Udang Merah. Lokasinya di dekat Pantai Koguna di Desa Mopano, Kecamatan Lasalimo Selatan, Buton, Sulawesi Tenggara. Dari Kota Baubau jaraknya sekitar 100 km, bisa ditempuh 2 hingga 3 jam dengan menggunakan mobil. Begitu sampai Pantai Koguna kesan pertama saya: terlantar. Pantainya cantik, berpasir putih dan warna air laut bergradasi biru. Sayangnya, sampah berserakan di mana-mana. Sebenarnya ada beberapa fasilitas yang sudah dibangun, seperti jalan beraspal, tempat parkir, toilet umum dan beberapa gazebo untuk bersantai. Sayangnya, semuanya tampak tak terurus, terlantar, dan dibiarkan rusak begitu saja. Tapi tujuan utama kami adalah danau udang merah. Jadi cukup beberapa menit menginjakkan kaki di pasir pantai, kami pun langsung mencari danau yang katanya menjadi habitat udang mera

Pantai Desa Bahari, si Ratu Ampat dari Buton Selatan

Rasa-rasanya pantai di pulau Buton hanya ada dua kategori: cantik dan cantik banget. Pantai Desa Bahari masuk dalam kategori yang kedua. Saking cantiknya pantai ini disamakan dengan Raja Ampat. Jika di Papua raja, si cantik dari Buton Selatan ini populer dengan sebutan Ratu Ampat. Tidak sembarang mencomot nama. Julukan Ratu Ampat diberikan karena terdapat empat batuan karang besar yang gagah berdiri di bibir pantai. Bagian bawah batu yang terkikis ombak membuatnya tampak seperti payung raksasa yang indah. Pasir putih yang halus dan air laut yang jernih dengan gradasi warna biru toska membuat pantai ini semakin memesona. Saat kami ke sana, air laut sedang surut sehingga banyak bintang laut yang bertebaran di sepanjang pantai. Bahkan ada beberapa landak laut. Pantainya cenderung sepi meski kami datang saat akhir pekan. Hanya terlihat warga lokal yang bermain bola di area parkir dan beberapa gadis cilik yang sedang mencari hewan laut dan menampu

Main Salju 'Es Serut' di Bekasi

"Bunda, Raina mau main di salju," pinta Raina waktu umurnya baru sekitar 2 tahun. Waktu itu saya tidak langsung mengiyakan, tapi mengajaknya berdoa agar keluarga kami selalu diberi kesehatan dan rezeki, supaya bisa jalan-jalan ke negara bersalju. Eh tak lama adiknya lahir. Ya ditunda dulu jalan-jalannya sampai Dayu besar dan otaknya bisa menyimpan kenangan dengan baik. Percuma juga pergi jauh-jauh kalau anaknya masih ileran dan belum ngerti apa-apa, kan? Hehe. Pas nonton TV kok lihat ada iklan Trans Snow World, taman bermain salju milik Trans Corp. Boleh juga nih main-main ke sana. Jadilah libur lebaran kemarin, ayah janji ngajak Raina main salju di Bekasi. Rencana main ke sana sebelum mudik ke Tegal. Sayangnya, kami sampai Jakarta lewat tengah malam. Semua kelelahan, sampai nggak bangun sahur. Besoknya lemas, nggak sanggup rasanya menembus kemacetan dari Kelapa Gading (tempat kami menginap) ke Bekasi. Nah, pas mau balik ke Makassar ada waktu lowong sebenta

Cerita Bahagia dari Kami Pejuang PCOS

"Mbak saya juga PCOS. Sudah 2 tahun nikah belum juga hamil." "Saya sudah 6 tahun menikah, sudah minum obat ini itu tapi belum ada tanda-tanda hamil." "Saya diresepin metformin mbak, tapi nggak kuat. Mual, lemes, jerawatan." "Rasanya capek mbak bolak-balik ke dokter, minum obat macam-macam tapi nggak hamil juga. Saya  down ." Curhatan semacam ini banyak masuk ke  direct message  instagram saya @merrywahyu. Saya bisa merasakan sedihnya. Saya penderita  Polycystic ovary syndrome  (PCOS) . Saya dulu juga berjuang untuk mendapatkan momongan. Saya dulu juga stres mendapat pertanyaan: Belum isi ya? Kok belum hamil? Jangan ditunda terus keburu tua. Saya dulu juga lelah bolak-balik setor muka ke dokter kandungan tiap datang bulan. Saya dulu juga jenuh minum obat hormon tiap hari yang efeknya bikin lemas, mual, dan jerawatan. Tapi saya menolak untuk menyerah. ( Cerita perjuangan untuk hamil: 2,5 Tahun Menunggu Raina )