Skip to main content

Sensasi Jadi Putri Kerajaan di Hong Kong Disneyland





Anda mungkin sudah tidak asing dengan pesta kembang api. Tapi, pernahkah Anda menonton kembang api di atas sebuah istana megah. Rasanya seperti menjadi Putri Aurora dari dongeng Sleeping Beauty!

Tapi, ini bukan dongeng atau film kartun yang ada di televisi. Anda benar-benar bisa menikmati meriahnya pertunjukkan kembang api di atas istana Putri Tidur yang berada di Hong Kong Disneyland. Bila tak percaya, datanglah dan saksikan dengan mata sendiri 'Disney in the Stars Firework'.

Saya mewakili detikTravel bersama rombongan undangan dari Hong Kong Disneyland, beberapa waktu yang lalu berkesempatan merasakan pengalaman menarik ini. Sambil duduk bersila di depan Sleeping Beauty Castle, Hong Kong Disneyland, pengunjung bisa menikmati pertunjukkan kembang api yang menakjubkan selama 15 menit.

Mata dibuat takjub olehnya. Permainan warna dan variasi bentuk kembang api membuat para pengunjung Hong Kong Disneyland terkesima. Ditambah lagi dengan bangunan Sleeping Beauty Castle sendiri yang memang sudah megah.

Tak hanya itu, pertunjukkan ini juga diiringi dengan lagu-lagu yang menjadi soundtrack film Sleeping Beauty dan kisah putri-putri lainnya. Sempurna!

Hampir semua pengunjung mengabadikan momen menakjubkan tersebut. Ada yang hanya merekamnya dengan kamera ponsel atau bahkan kamera dengan teknologi tinggi.

"Pertunjukkan kembang api di Hong Kong Disneyland sudah ada sejak 7 tahun lalu. Pertama kali dipertunjukkan pada 12 September 2005," ujar Jenny Dam, Marketing Publicity Hong Kong Disneyland, kepada rombongan undangan dari Jakarta, sesaat sebelum pertunjukkan Stars Firework dimulai.

Pertunjukkan 'Disney in the Stars Firework' dipertontonkan setiap hari di depan istana Putri Tidur Hong Kong Disneyland. Tapi pengunjung harus sabar menunggu malam, karena kembang api yang meriah ini baru dimulai pada pukul 19.30 waktu Hong Kong.



Published: detikTravel, 10 Oktober 2012

Comments

Popular posts from this blog

Berkunjung ke Kampung Pengembara Laut Suku Bajo Buton

Mencentang satu lagi destinasi yang sudah lama ada di bucketlist Pulau Buton: Kampung Suku Bajo. Suku Bajo dikenal sebagai pengembara laut ulung. Laut bagi mereka bukan hanya tempat mencari nafkah, tetapi juga rumah untuk tinggal. Mereka hidup di atas dan di bawah lautan. Mengapung dan menyelam di sana. Anak kecil hingga orang dewasa. Masyarakat Suku Bajo sering hidup berpindah-pindah. Mereka membuat perkampungan sendiri di atas karang dan mengapung di lautan, terpisah dari pemukiman warga di daratan. Di Indonesia, Suku Bajo bisa ditemui di perairan Kalimantan Timur (Berau, Bontang), Kalimantan Selatan (Kota Baru), Sulawesi Selatan (Selayar), Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Pulau Boleng, Seraya, Longos, Komodo), Sapeken, Sumenep, dan wilayah Indonesia timur lainnya. Saya beruntung bisa menyaksikan sendiri keseharian masyarakat Suku Bajo di Pulau Buton. Mereka membuat perkampungan di Desa Kondowa atau dikenal dengan Bajo Bahari, Kecamatan Wabula, ...

2,5 Tahun Menunggu Raina

Raina Nahda Fauzi.  Itulah nama yang saya dan suami berikan pada anak pertama kami. Bayi perempuan cantik yang kehadirannya sudah lama kami nantikan. Saya memang tak 'seberuntung' perempuan lain yang langsung hamil setelah sebulan, dua bulan, atau tiga bulan menikah. Raina lahir 31 Oktober 2015, dua setengah tahun setelah saya menikah. Di awal pernikahan, saya dan suami memang sepakat untuk menunda kehamilan. Alasannya karena kami masih sibuk mondar-mandir mencari rumah. Namun, di saat kami sudah punya rumah sendiri dan siap untuk memiliki momongan, kehamilan justru tak kunjung datang. Beberapa bulan saya mencoba hamil secara alami, hasilnya nihil. Saya dan suami pun memutuskan untuk mencari bantuan dokter. Kami sama-sama memeriksakan diri. Ternyata masalahnya ada di tubuh saya. Saya didiagnosa menderita polycystic ovary syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik, yaitu gangguan hormonal yang umum di kalangan perempuan usia reproduksi. Perempuan dengan PCO...

Mengenal Kombo, Baju Adat Buton yang Mirip Hanbok Korea

Kebaya warna cerah berkerah tinggi dengan detail manik-manik di sekeliling leher dan pergelangan tangan, dipasangkan dengan kain sarung berwarna terang yang diikat di bagian dada. Sekilas baju adat ini mirip hanbok, pakaian tradisional asal Korea Selatan. Tapi tahukah kamu pakaian ini asli milik Indonesia? Namanya kombo, pakaian adat yang jadi kebanggaan perempuan Buton, Sulawesi Tenggara. Kombo merupakan baju adat yang khusus digunakan oleh perempuan yang sudah menikah. Pakaian ini terdiri dari atasan baju kebaya berkerah tinggi, biasanya berbahan brokat atau satin dengan warna cerah. Sedangkan bawahannya berupa kain sarung lebar berbahan satin yang dililit di bagian dada. Sarung yang digunakan biasanya memiliki garis-garis berlapis dengan warna-warni terang. Banyaknya lapisan warna pada kain sarung menggambarkan derajat si empunya. Lapisan terbanyak adalah 9 warna yang biasanya dikenakan oleh wanita bangsawan, tamu kehormatan atau anggota kesultanan. Sarung khas Buton memang dikenal ...