Skip to main content

Hai Ladies, Sudahkah Anda Pakai Bra yang Tepat?



Bra tidak hanya berfungsi sebagai pakaian dalam yang menutup bagian intim wanita, lebih dari itu bra juga berpengaruh besar pada kesehatan tubuh wanita. Sudah tepatkah ukuran bra Anda?

Mengenakan bra yang benar tidak hanya akan mendukung dan mengangkat payudara, tetapi juga memperbaiki postur tubuh serta membuat seseorang terlihat lebih ramping karena pinggang akan terlihat lebih kecil.

Sayangnya, sebagian wanita lebih suka mengenakan bra berukuran lebih kecil karena dianggap bisa membuat payudara terlihat lebih padat. Padahal mengenakan payudara kekecilan bisa menganggu kesehatan.

"Penggunaan bra yang terlalu besar tidak efektif dalam memegang payudara, sehingga tetap menggantung karena pengaruh gravitasi, yang berakibat payudara akan kendor sebelum waktunya," jelas dr Budiman, SpBP, dari Perhimpunan Ahli Bedah Plastik Indonesia (PERAPI) kepada detikHealth.

Sedangkan penggunaan bra yang terlalu kecil, lanjut dr Budiman, akan mengganggu sirkulasi aliran darah balik dan limfatiknya, dan tentu akan mengurangi kenyamanan wanita dalam beraktifitas. Bra yang terlalu kecil juga akan mengganggu pertumbuhan organ seksi di tubuh wanita tersebut.

Hal senada juga disampaikan oleh dr Elida Sari Siburian, SpBP, dokter bedah plastik dari RS Pondok Indah.

"Bra yang kekecilan tentu membuat rasa tidak menyenangkan. Akhirnya sesak napas, bisa sakit kepala juga. Kalau payudara ukurannya besar, bisa bikin sakit punggung," ujar dr Elida, yang punya praktik di RS Persahabatan.

Selain itu, ada beberapa efek lain yang terjadi pada tubuh bila mengenakan bra kekecilan, diberdasarkan studi Sports Medicine Australia dan Breast Research Australia, seperti dilansir timesofindia:

1. Pernapasan terganggu
Jika bra terlalu ketat atau jika underwire (kerangka bawah bra) tidak pas pada tulang dada, Anda tidak akan bisa bernapas dengan benar.

2. Postur tubuh yang buruk
Bra terlalu ketat dapat membuat Andan cenderung membungkuk, sehingga menyebabkan ketegangan.

3. Lecet
Bra yang kekecilan juga dapat membatasi sirkulasi darah dan oksigen ke bagian-bagian tertentu dari tubuh. Gesekan dari bra yang ketat juga dapat menyebabkan goresan dan lecet pada kulit.

4. Nyeri payudara

Sirkulasi yang terbatas pada payudara dapat membuat Anda tidak nyaman. Hal ini dapat menyebabkan masalah berikutnya seperti nyeri pada payudara.

5. Sakit kepala
Bra ketat juga membatasi dibatasi aliran darah, menyebabkan kekurangan oksigen yang memicu sakit kepala.

Untuk menghindari masalah kesehatan yang mungkin timbul akibat ukuran payudara yang kurang pas, sebaiknya cek kembali setiap 6 bulan karena ukuran payudara mengalami perubahan, terutama bila wanita sudah memiliki anak.

Jika menggunakan bra dengan kawat, maka cobalah membungkuk ke depan dan pastikan kawat berada di bawah payudara serta tidak berubah ketika berdiri atau payudara bergerak. Hal lainnya adalah pastikan pusat bra berada diantara payudara.

Jika saat melepas bra ada tanda merah, ada kemungkinan perlu ukuran cup yang lebih besar. Dan jika bahu sakit maka pilihlah bra dengan tali empuk atau lebar serta belilah bra yang bisa meregang karena kondisi tertentu bisa mempengaruhi ukuran bra.

Comments

Popular posts from this blog

Berkunjung ke Kampung Pengembara Laut Suku Bajo Buton

Mencentang satu lagi destinasi yang sudah lama ada di bucketlist Pulau Buton: Kampung Suku Bajo. Suku Bajo dikenal sebagai pengembara laut ulung. Laut bagi mereka bukan hanya tempat mencari nafkah, tetapi juga rumah untuk tinggal. Mereka hidup di atas dan di bawah lautan. Mengapung dan menyelam di sana. Anak kecil hingga orang dewasa. Masyarakat Suku Bajo sering hidup berpindah-pindah. Mereka membuat perkampungan sendiri di atas karang dan mengapung di lautan, terpisah dari pemukiman warga di daratan. Di Indonesia, Suku Bajo bisa ditemui di perairan Kalimantan Timur (Berau, Bontang), Kalimantan Selatan (Kota Baru), Sulawesi Selatan (Selayar), Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Pulau Boleng, Seraya, Longos, Komodo), Sapeken, Sumenep, dan wilayah Indonesia timur lainnya. Saya beruntung bisa menyaksikan sendiri keseharian masyarakat Suku Bajo di Pulau Buton. Mereka membuat perkampungan di Desa Kondowa atau dikenal dengan Bajo Bahari, Kecamatan Wabula,

2,5 Tahun Menunggu Raina

Raina Nahda Fauzi.  Itulah nama yang saya dan suami berikan pada anak pertama kami. Bayi perempuan cantik yang kehadirannya sudah lama kami nantikan. Saya memang tak 'seberuntung' perempuan lain yang langsung hamil setelah sebulan, dua bulan, atau tiga bulan menikah. Raina lahir 31 Oktober 2015, dua setengah tahun setelah saya menikah. Di awal pernikahan, saya dan suami memang sepakat untuk menunda kehamilan. Alasannya karena kami masih sibuk mondar-mandir mencari rumah. Namun, di saat kami sudah punya rumah sendiri dan siap untuk memiliki momongan, kehamilan justru tak kunjung datang. Beberapa bulan saya mencoba hamil secara alami, hasilnya nihil. Saya dan suami pun memutuskan untuk mencari bantuan dokter. Kami sama-sama memeriksakan diri. Ternyata masalahnya ada di tubuh saya. Saya didiagnosa menderita polycystic ovary syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik, yaitu gangguan hormonal yang umum di kalangan perempuan usia reproduksi. Perempuan dengan PCO

PCOS, Olahraga, dan Hamil Lagi

Saya hamil lagi. Rasanya tak percaya saat melihat hasil test pack pagi itu. Dua garis merah, satu tegas satu samar, tapi jelas menggambarkan hasilnya positif. Saya kaget, sungguh tak menyangka bakalan hamil lagi secepat ini. Saya penderita  polycystic ovary syndrome  (PCOS). Dulu saya harus terapi macam-macam dan minum obat ini itu untuk bisa hamil Raina. Juga butuh waktu lama dan biaya yang tidak sedikit. ( Baca juga: 2,5 Tahun Menunggu Raina ) Alhamdulillah hamil kali ini benar-benar rezeki tak terkira dari Allah. Saya hamil alami tanpa program apapun, tanpa minum obat apapun. Umur Raina juga sudah 2 tahun, jadi saya tidak punya hutang menyusui lagi. Allah Maha Baik. Pakai kontrasepsi? Semenjak Raina lahir hingga ulang tahun ke-2 saya selalu menggunakan kontrasepsi. Lho? Bukannya PCOS bakalan susah hamil? Iya, memang. Haid saya masih belum teratur bahkan setelah Raina lahir. Tapi tidak separah sebelum punya anak. Dan saya ingat pesan dokter kandungan