Skip to main content

Pulau Ikaria, Pulau 'Hidup Kekal' Tempatnya Orang-orang Berumur 1 Abad



Dengan banyaknya polusi ditambah lagi aneka makanan cepat saji yang tidak sehat, banyak orang yang tak bisa berumur panjang. Tapi di Pulau Ikaria, Anda akan banyak menemui orang-orang yang berusia lebih dari 100 tahun alias 1 abad.

Orang seperti Grigoris Tsahas, yang baru saja merayakan ulang tahun ke-99, hampir menjadi minoritas dibandingkan standar orang-orang Ikaria lainnya. Bagaimana tidak, di Pulau Ikaria ditemukan sebuah nisan di pemakanan dekat bukit Madria, yang menandai makam seorang wanita berusia 116 tahun ketika dia meninggal.

Lalu ada Christina Tsantiri, yang akan berusia 101 tahun pada bulan Juni mendatang. "Jika seseorang memiliki kehidupan untuk hidup, mereka akan hidup," ujar Christina Tsantiri, seperti dilansir Dailymail.

Ucapan Christina diamini oleh Evangelia Karnava, yang akan berusia 100 tahun pada bulan Maret mendatang. Meski hampir berusia 1 abad, Evangelia masih bisa melakukan kegiatannya secara mandiri.

Ia berjalan sendiri ke toko-toko setiap hari, ke bank untuk membayar tagihan e-card, memiliki telepon genggam sendiri dan kehidupan yang benar-benar independen. Menurut Evangelia, salah satu rahasia panjang umurnya adalah dia tidak makan daging merah.

Centenarian lainnya adalah George Kassiotis, yang akan berusia 104 tahun pada akhir bulan ini. Kartu identitasnya menunjukkan bahwa ia dilahirkan di Pulau Ikaria pada tahun 1909, saat pulau tidak memiliki jalan atau listrik.

Ia masih ingat harus berjalan ke sekolah setiap hari Senin pagi dari desanya di pegunungan, dengan mendaki lebih dari 25 mil. Pada hari Jumat, setelah menginap di kota selama seminggu, ia akan berjalan pulang dengan rute yang sama.

Kini George tinggal di ibukota pulau Agios Kirykos, dengan pohon-pohon lemon dan jeruk di kebunnya. Ia suka membaca semua surat kabar setiap pagi. George bahkan tak memerlukan kacamata untuk membantunya melihat dan nyaris tidak memiliki keriput.

Reputasi Pulau Ikaria, Yunani, sebagai pusat kesehatan sudah dikenal baik selama berabad-abad. Zaman dahulu, orang-orang Yunani sengaja berkunjung ke pulau ini untuk berendam di sumber air panas dekat Therma di sisi timur pulau.

Kini, Ikaria telah menarik perhatian ahli umur panjang Amerika, Dan Buettner. Selama lebih dari 10 tahun, dengan dukungan National Geographic Society, ia telah menamai pulau yang memiliki rahasia hidup kekal ini.

Disebutnya pulau 'hidup kekal' karena memang banyak centenarian (orang yang telah mencapai usia 100 tahun) hidup di pulau ini.

"Saya ingin studi ini merangkai cerita dan menetapkan fakta-fakta tentang umur panjang orang-orang Ikaria ini," ujar Dan Buettner.

Menurut Buettner, orang-orang di Ikaria mencapai usia 90 tahun dua setengah kali frekuensi dari orang Amerika. Pria Ikaria, khususnya, 4 kali lebih mungkin mencapai usia 90 tahun karena memiliki kesehatan yang lebih baik. Tak hanya itu, orang-orang Ikaria juga lebih sedikit mengalami depresi dan demensia (pikun).

"Di Ikaria, (pikiran) mereka tetap tajam sampai akhir," tulis Buettner dalam sebuah artikel untuk New York Times.

Comments

Popular posts from this blog

Berkunjung ke Kampung Pengembara Laut Suku Bajo Buton

Mencentang satu lagi destinasi yang sudah lama ada di bucketlist Pulau Buton: Kampung Suku Bajo. Suku Bajo dikenal sebagai pengembara laut ulung. Laut bagi mereka bukan hanya tempat mencari nafkah, tetapi juga rumah untuk tinggal. Mereka hidup di atas dan di bawah lautan. Mengapung dan menyelam di sana. Anak kecil hingga orang dewasa. Masyarakat Suku Bajo sering hidup berpindah-pindah. Mereka membuat perkampungan sendiri di atas karang dan mengapung di lautan, terpisah dari pemukiman warga di daratan. Di Indonesia, Suku Bajo bisa ditemui di perairan Kalimantan Timur (Berau, Bontang), Kalimantan Selatan (Kota Baru), Sulawesi Selatan (Selayar), Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Pulau Boleng, Seraya, Longos, Komodo), Sapeken, Sumenep, dan wilayah Indonesia timur lainnya. Saya beruntung bisa menyaksikan sendiri keseharian masyarakat Suku Bajo di Pulau Buton. Mereka membuat perkampungan di Desa Kondowa atau dikenal dengan Bajo Bahari, Kecamatan Wabula,

2,5 Tahun Menunggu Raina

Raina Nahda Fauzi.  Itulah nama yang saya dan suami berikan pada anak pertama kami. Bayi perempuan cantik yang kehadirannya sudah lama kami nantikan. Saya memang tak 'seberuntung' perempuan lain yang langsung hamil setelah sebulan, dua bulan, atau tiga bulan menikah. Raina lahir 31 Oktober 2015, dua setengah tahun setelah saya menikah. Di awal pernikahan, saya dan suami memang sepakat untuk menunda kehamilan. Alasannya karena kami masih sibuk mondar-mandir mencari rumah. Namun, di saat kami sudah punya rumah sendiri dan siap untuk memiliki momongan, kehamilan justru tak kunjung datang. Beberapa bulan saya mencoba hamil secara alami, hasilnya nihil. Saya dan suami pun memutuskan untuk mencari bantuan dokter. Kami sama-sama memeriksakan diri. Ternyata masalahnya ada di tubuh saya. Saya didiagnosa menderita polycystic ovary syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik, yaitu gangguan hormonal yang umum di kalangan perempuan usia reproduksi. Perempuan dengan PCO

PCOS, Olahraga, dan Hamil Lagi

Saya hamil lagi. Rasanya tak percaya saat melihat hasil test pack pagi itu. Dua garis merah, satu tegas satu samar, tapi jelas menggambarkan hasilnya positif. Saya kaget, sungguh tak menyangka bakalan hamil lagi secepat ini. Saya penderita  polycystic ovary syndrome  (PCOS). Dulu saya harus terapi macam-macam dan minum obat ini itu untuk bisa hamil Raina. Juga butuh waktu lama dan biaya yang tidak sedikit. ( Baca juga: 2,5 Tahun Menunggu Raina ) Alhamdulillah hamil kali ini benar-benar rezeki tak terkira dari Allah. Saya hamil alami tanpa program apapun, tanpa minum obat apapun. Umur Raina juga sudah 2 tahun, jadi saya tidak punya hutang menyusui lagi. Allah Maha Baik. Pakai kontrasepsi? Semenjak Raina lahir hingga ulang tahun ke-2 saya selalu menggunakan kontrasepsi. Lho? Bukannya PCOS bakalan susah hamil? Iya, memang. Haid saya masih belum teratur bahkan setelah Raina lahir. Tapi tidak separah sebelum punya anak. Dan saya ingat pesan dokter kandungan