Kebaya warna cerah berkerah tinggi dengan detail manik-manik di sekeliling leher dan pergelangan tangan, dipasangkan dengan kain sarung berwarna terang yang diikat di bagian dada. Sekilas baju adat ini mirip hanbok, pakaian tradisional asal Korea Selatan. Tapi tahukah kamu pakaian ini asli milik Indonesia? Namanya kombo, pakaian adat yang jadi kebanggaan perempuan Buton, Sulawesi Tenggara. Kombo merupakan baju adat yang khusus digunakan oleh perempuan yang sudah menikah. Pakaian ini terdiri dari atasan baju kebaya berkerah tinggi, biasanya berbahan brokat atau satin dengan warna cerah. Sedangkan bawahannya berupa kain sarung lebar berbahan satin yang dililit di bagian dada. Sarung yang digunakan biasanya memiliki garis-garis berlapis dengan warna-warni terang. Banyaknya lapisan warna pada kain sarung menggambarkan derajat si empunya. Lapisan terbanyak adalah 9 warna yang biasanya dikenakan oleh wanita bangsawan, tamu kehormatan atau anggota kesultanan. Sarung khas Buton memang dikenal
Mencentang satu lagi destinasi yang sudah lama ada di bucketlist Pulau Buton: Kampung Suku Bajo. Suku Bajo dikenal sebagai pengembara laut ulung. Laut bagi mereka bukan hanya tempat mencari nafkah, tetapi juga rumah untuk tinggal. Mereka hidup di atas dan di bawah lautan. Mengapung dan menyelam di sana. Anak kecil hingga orang dewasa. Masyarakat Suku Bajo sering hidup berpindah-pindah. Mereka membuat perkampungan sendiri di atas karang dan mengapung di lautan, terpisah dari pemukiman warga di daratan. Di Indonesia, Suku Bajo bisa ditemui di perairan Kalimantan Timur (Berau, Bontang), Kalimantan Selatan (Kota Baru), Sulawesi Selatan (Selayar), Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Pulau Boleng, Seraya, Longos, Komodo), Sapeken, Sumenep, dan wilayah Indonesia timur lainnya. Saya beruntung bisa menyaksikan sendiri keseharian masyarakat Suku Bajo di Pulau Buton. Mereka membuat perkampungan di Desa Kondowa atau dikenal dengan Bajo Bahari, Kecamatan Wabula,