Skip to main content

Kenapa sih Balita Suka Coret-coret?

Gambar Hasil Coretan Raina


Melihat Dayu yang sekarang lagi suka sekali coret-coret, saya merasa dejavu. Hobinya persis dengan Raina di usia yang sama. Meski sudah disediakan kertas dan buku khusus untuk coret-coret, nyatanya tembok, lantai, tangan, kaki, seprai, bahkan bajunya tetap tidak selamat dari tinta-tinta spidol.

Sepertinya juga bukan hanya Raina dan Dayu yang suka coret-coret, tapi semua anak balita (bawah lima tahun). Coretan di tembok dan pintu biasanya menjadi karya artistik yang sering terlihat di rumah yang memiliki satu atau lebih balita di dalamnya.

Raina yang sekarang sudah 5 tahun tidak lagi mencoret di sembarang tempat. Coretannya lebih berbentuk dan semakin rapi. Bahkan saya menyediakan tempat khusus semacam mading untuk menempel hasil karyanya dan tentu saja dia senang sekali.

Lantas muncul pertanyaan, kenapa sih balita suka sekali coret-coret?

Setelah riset ke banyak sumber, saya menemukan jawabannya. Ternyata mencoret-coret adalah fase penting bagi anak-anak berusia 18 bulan hingga 5 tahun. Mencoret-coret adalah cara visual bagi mereka untuk berkomunikasi dan berinteraksi secara bermakna dengan orang dewasa, juga membantu anak-anak untuk mengembangkan kemampuan koordinasi, kreativitas, dan literasi (menulis dan membaca).

Sama halnya dengan kemampuan motorik di mana balita perlu merangkak dulu sebelum bisa berjalan, anak-anak juga perlu mencoret-coret sebelum bisa menggambar. Saat anak berusia sekitar 18 bulan, mereka akan mulai menunjukkan minat dalam menulis. Fase ini dapat dikategorikan menjadi lima tahap, yaitu:

1. Coretan acak

Tahap pertama ini dimulai pada usia sekitar satu 1,5 tahun (18 bulan) dan berakhir ketika anak berusia antara 2 dan 2,5 tahun. 

Coretan acak terjadi ketika garis digambar dengan gerakan sederhana melalui lengan anak yang terayun ke belakang dan ke depan. Gambar yang terbentuk adalah rekaman visual dari koordinasi motorik anak.

Pada tahap ini sangat penting bagi orang tua untuk mendukung anak dengan pujian dan ekspresi positif. Tunjukkan pada anak bagaimana caranya membentuk gambar dengan menggunakan krayon tetapi lakukan pada level si kecil dengan cara mencoret-coret bukan menggambar.

2. Coretan terkontrol

Tahap kedua dalam perkembangan artistik seorang anak berlangsung sekitar satu tahun. Anak sekarang telah belajar bagaimana mengontrol krayon atau pensil dengan benar dan akan membuat tanda pada kertas di mana dia mau.

Pada tahap ini, anak mungkin lebih tertarik pada tanda yang dia buat daripada warna. Jadi pastikan untuk memberi anak krayon berwarna gelap untuk digunakan di atas kertas putih atau kapur putih untuk dicoba di papan tulis hitam.

3. Penamaan coretan

Pada tahap ketiga, pemikiran si kecil telah berubah dan dia sekarang menghubungkan coretan yang dia buat dengan dunia di sekitarnya.

Sebagai ibunya, Anda mungkin sering bertanya, "Apa itu?" Bentuk pertanyaan seperti ini dapat memaksa anak untuk menamai karya seninya karena malu atau karena dia ingin menyenangkan orang dewasa, yang pada akhirnya dapat menyebabkan pengaruh negatif dan restriktif saat anak dewasa nanti.

Sebaliknya, mintalah anak untuk menjelaskan apa yang terjadi di dalam gambar yang ia buat, karena anak-anak pada tahap ini mungkin menggunakan tanda yang berbeda untuk mewakili pikiran atau perasaan mereka saat menggambar.

Jika dia mengatakan dia menggambar Anda, tanyakan tentang warna yang dia gunakan untuk rambut atau coretan yang dia buat. Sangat bermanfaat untuk memperkenalkan warna yang berbeda ke dalam pengalaman menggambar, terutama warna primer biru, kuning dan merah.

4. Mulai bisa merepresentasikan coretan

Pada tahap ini, gambar anak mungkin mulai menyerupai gambar di kehidupan nyata, karena ia memiliki kontrol otot yang lebih besar dan pemahaman yang lebih baik tentang dunia di sekitarnya.

Pada usia sekitar 3 tahun, anak-anak akan mencoba menggambar objek seperti matahari, sebelum melanjutkan menggambar garis radial dari titik tertentu seperti lengan dan kaki.

Untuk mendorong hal ini, komentari bentuk tanda yang telah dia gambar, tanpa harus menyebutkan nama objeknya. Juga, terus dorong si kecil untuk berbicara tentang apa yang mereka gambar, dan apa yang menginspirasi mereka. Sangat menyenangkan mendengar ke mana perginya imajinasi mereka.

5. Kemampuan representasi coretan semakin matang

Ketika si kecil berusia sekitar 4 tahun, tahap terakhir dari perkembangan coretan mereka dimulai. Mereka akan menggambar objek dasar, seperti orang (bentuk bulat dengan bentuk titik yang akan mewakili mata. Serta menggambar garis seperti tongkat untuk lengan). Seiring bertambahnya usia anak, gambarnya menjadi lebih kompleks.

Bicaralah dengannya tentang garis dan warna yang dia gunakan, dan bagaimana perasaannya dan apa yang dia pikirkan saat menggambar. Dan ingatlah untuk memuji apa yang telah dia gambar.

Comments

Popular posts from this blog

Berkunjung ke Kampung Pengembara Laut Suku Bajo Buton

Mencentang satu lagi destinasi yang sudah lama ada di bucketlist Pulau Buton: Kampung Suku Bajo. Suku Bajo dikenal sebagai pengembara laut ulung. Laut bagi mereka bukan hanya tempat mencari nafkah, tetapi juga rumah untuk tinggal. Mereka hidup di atas dan di bawah lautan. Mengapung dan menyelam di sana. Anak kecil hingga orang dewasa. Masyarakat Suku Bajo sering hidup berpindah-pindah. Mereka membuat perkampungan sendiri di atas karang dan mengapung di lautan, terpisah dari pemukiman warga di daratan. Di Indonesia, Suku Bajo bisa ditemui di perairan Kalimantan Timur (Berau, Bontang), Kalimantan Selatan (Kota Baru), Sulawesi Selatan (Selayar), Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Pulau Boleng, Seraya, Longos, Komodo), Sapeken, Sumenep, dan wilayah Indonesia timur lainnya. Saya beruntung bisa menyaksikan sendiri keseharian masyarakat Suku Bajo di Pulau Buton. Mereka membuat perkampungan di Desa Kondowa atau dikenal dengan Bajo Bahari, Kecamatan Wabula,

2,5 Tahun Menunggu Raina

Raina Nahda Fauzi.  Itulah nama yang saya dan suami berikan pada anak pertama kami. Bayi perempuan cantik yang kehadirannya sudah lama kami nantikan. Saya memang tak 'seberuntung' perempuan lain yang langsung hamil setelah sebulan, dua bulan, atau tiga bulan menikah. Raina lahir 31 Oktober 2015, dua setengah tahun setelah saya menikah. Di awal pernikahan, saya dan suami memang sepakat untuk menunda kehamilan. Alasannya karena kami masih sibuk mondar-mandir mencari rumah. Namun, di saat kami sudah punya rumah sendiri dan siap untuk memiliki momongan, kehamilan justru tak kunjung datang. Beberapa bulan saya mencoba hamil secara alami, hasilnya nihil. Saya dan suami pun memutuskan untuk mencari bantuan dokter. Kami sama-sama memeriksakan diri. Ternyata masalahnya ada di tubuh saya. Saya didiagnosa menderita polycystic ovary syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik, yaitu gangguan hormonal yang umum di kalangan perempuan usia reproduksi. Perempuan dengan PCO

PCOS, Olahraga, dan Hamil Lagi

Saya hamil lagi. Rasanya tak percaya saat melihat hasil test pack pagi itu. Dua garis merah, satu tegas satu samar, tapi jelas menggambarkan hasilnya positif. Saya kaget, sungguh tak menyangka bakalan hamil lagi secepat ini. Saya penderita  polycystic ovary syndrome  (PCOS). Dulu saya harus terapi macam-macam dan minum obat ini itu untuk bisa hamil Raina. Juga butuh waktu lama dan biaya yang tidak sedikit. ( Baca juga: 2,5 Tahun Menunggu Raina ) Alhamdulillah hamil kali ini benar-benar rezeki tak terkira dari Allah. Saya hamil alami tanpa program apapun, tanpa minum obat apapun. Umur Raina juga sudah 2 tahun, jadi saya tidak punya hutang menyusui lagi. Allah Maha Baik. Pakai kontrasepsi? Semenjak Raina lahir hingga ulang tahun ke-2 saya selalu menggunakan kontrasepsi. Lho? Bukannya PCOS bakalan susah hamil? Iya, memang. Haid saya masih belum teratur bahkan setelah Raina lahir. Tapi tidak separah sebelum punya anak. Dan saya ingat pesan dokter kandungan