Skip to main content

Main Salju 'Es Serut' di Bekasi



"Bunda, Raina mau main di salju," pinta Raina waktu umurnya baru sekitar 2 tahun. Waktu itu saya tidak langsung mengiyakan, tapi mengajaknya berdoa agar keluarga kami selalu diberi kesehatan dan rezeki, supaya bisa jalan-jalan ke negara bersalju.

Eh tak lama adiknya lahir. Ya ditunda dulu jalan-jalannya sampai Dayu besar dan otaknya bisa menyimpan kenangan dengan baik. Percuma juga pergi jauh-jauh kalau anaknya masih ileran dan belum ngerti apa-apa, kan? Hehe.

Pas nonton TV kok lihat ada iklan Trans Snow World, taman bermain salju milik Trans Corp. Boleh juga nih main-main ke sana. Jadilah libur lebaran kemarin, ayah janji ngajak Raina main salju di Bekasi.

Rencana main ke sana sebelum mudik ke Tegal. Sayangnya, kami sampai Jakarta lewat tengah malam. Semua kelelahan, sampai nggak bangun sahur. Besoknya lemas, nggak sanggup rasanya menembus kemacetan dari Kelapa Gading (tempat kami menginap) ke Bekasi.

Nah, pas mau balik ke Makassar ada waktu lowong sebentar di pagi hari. Jadilah dari Tol Cikampek kami langsung belok ke Bekasi Barat. Sengaja pilih hotel yang jaraknya dekat dari Trans Snow World.

Begitu sampai hotel sekitar jam 2 malam, suami langsung order tiket online untuk 4 orang. Iya, Dayu juga dibelikan tiket. Entah seharusnya bayi 9 bulan bayar atau tidak, kami hanya jaga-jaga. Repot juga kalau ternyata harus bayar dan beli tiket lagi on the spot. Antreannya panjang.

Kami pilih jadwal paling pagi, jam 9 sampai 11 siang. Ini waktu terbaik menurut saya, karena wahananya masih sepi. Oh iya, main di Trans Snow World ini memang dibatasi selama 2 jam saja.

Dengan harga tiket masuk Rp 275 ribu untuk akhir pekan dan hari libur, ini tergolong mahal menurut saya. Kenapa? Karena harga segitu pengunjung hanya bisa dapat fasilitas sepatu boots, kaus kaki, dan main kereta gantung. Peralatan lain seperti sledge, slippery racer, dan alat ski harus sewa dan rogoh kocek lagi sebesar 30 ribu hingga 100 ribu.




Taman bermain salju ini juga tak sesuai ekspektasi. Dengan tiket mahal dan berbatas waktu, pengunjung hanya dapat menikmati 4 wahana: kereta gantung, sledding race, slippery race, dan ski course. Sisanya, cuma foto-foto dengan latar rumah dan pegunungan es ala Eropa.




Oh ya, jangan bayangkan saljunya lembut seperti salju sungguhan ya. Di sini yang bakal kita temui adalah bongkahan es kecil, mirip es serut tapi lebih besar. Kalau langsung kena kepala ya lumayan berasa.

Suhu di dalam juga tak seberapa dingin, hanya sekitar 10-15 derajat Celsius. Saya dan suami bahkan tak pakai jaket sama sekali. Tapi untuk anak-anak yang aktif main saya sarankan untuk memakai celana tebal (kalau bisa jin) dan jaket anti air agar pakaian tidak basah dan kedinginan. Jaket tidak disediakan di sana, jadi pengunjung wajib bawa sendiri ya.




Raina sempat kedinginan karena sepatunya kemasukan es dan kaus kakinya basah. Untungnya ada kaus kaki cadangan.

Di sana juga ada beberapa fotografer dengan kamera canggih. Tiap pengunjung yang masuk bakal difoto dan diberi gelang barcode untuk mengambil hasil jepretannya. Tentu saja harus bayar lagi dan harganya tidak murah. Untuk paket komplet 5 foto cetak dikenakan biaya Rp 550 ribu. Paket termurah Rp 400 ribu dengan 2 foto cetak dan ambil semua soft file. Saya sempet melotot mendengar penjelasan kasirnya, karena sungguh tidak sebanding dengan hasil fotonya. Tapi pengunjung bebas kok mau ambil fotonya atau tidak. Saya? Tentu saja tidak wkwk.

Tapi ya saya cukup puas melihat Raina senang main salju-saljuan. Dia sangat gembira sampai nggak mau pulang, karena memang dari dulu minta ke ayahnya main salju. Ya sementara salju es serut dulu saja ya, Kak.

Comments

Popular posts from this blog

Berkunjung ke Kampung Pengembara Laut Suku Bajo Buton

Mencentang satu lagi destinasi yang sudah lama ada di bucketlist Pulau Buton: Kampung Suku Bajo. Suku Bajo dikenal sebagai pengembara laut ulung. Laut bagi mereka bukan hanya tempat mencari nafkah, tetapi juga rumah untuk tinggal. Mereka hidup di atas dan di bawah lautan. Mengapung dan menyelam di sana. Anak kecil hingga orang dewasa. Masyarakat Suku Bajo sering hidup berpindah-pindah. Mereka membuat perkampungan sendiri di atas karang dan mengapung di lautan, terpisah dari pemukiman warga di daratan. Di Indonesia, Suku Bajo bisa ditemui di perairan Kalimantan Timur (Berau, Bontang), Kalimantan Selatan (Kota Baru), Sulawesi Selatan (Selayar), Sulawesi Tenggara, Gorontalo, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur (Pulau Boleng, Seraya, Longos, Komodo), Sapeken, Sumenep, dan wilayah Indonesia timur lainnya. Saya beruntung bisa menyaksikan sendiri keseharian masyarakat Suku Bajo di Pulau Buton. Mereka membuat perkampungan di Desa Kondowa atau dikenal dengan Bajo Bahari, Kecamatan Wabula,

2,5 Tahun Menunggu Raina

Raina Nahda Fauzi.  Itulah nama yang saya dan suami berikan pada anak pertama kami. Bayi perempuan cantik yang kehadirannya sudah lama kami nantikan. Saya memang tak 'seberuntung' perempuan lain yang langsung hamil setelah sebulan, dua bulan, atau tiga bulan menikah. Raina lahir 31 Oktober 2015, dua setengah tahun setelah saya menikah. Di awal pernikahan, saya dan suami memang sepakat untuk menunda kehamilan. Alasannya karena kami masih sibuk mondar-mandir mencari rumah. Namun, di saat kami sudah punya rumah sendiri dan siap untuk memiliki momongan, kehamilan justru tak kunjung datang. Beberapa bulan saya mencoba hamil secara alami, hasilnya nihil. Saya dan suami pun memutuskan untuk mencari bantuan dokter. Kami sama-sama memeriksakan diri. Ternyata masalahnya ada di tubuh saya. Saya didiagnosa menderita polycystic ovary syndrome (PCOS) atau sindrom ovarium polikistik, yaitu gangguan hormonal yang umum di kalangan perempuan usia reproduksi. Perempuan dengan PCO

PCOS, Olahraga, dan Hamil Lagi

Saya hamil lagi. Rasanya tak percaya saat melihat hasil test pack pagi itu. Dua garis merah, satu tegas satu samar, tapi jelas menggambarkan hasilnya positif. Saya kaget, sungguh tak menyangka bakalan hamil lagi secepat ini. Saya penderita  polycystic ovary syndrome  (PCOS). Dulu saya harus terapi macam-macam dan minum obat ini itu untuk bisa hamil Raina. Juga butuh waktu lama dan biaya yang tidak sedikit. ( Baca juga: 2,5 Tahun Menunggu Raina ) Alhamdulillah hamil kali ini benar-benar rezeki tak terkira dari Allah. Saya hamil alami tanpa program apapun, tanpa minum obat apapun. Umur Raina juga sudah 2 tahun, jadi saya tidak punya hutang menyusui lagi. Allah Maha Baik. Pakai kontrasepsi? Semenjak Raina lahir hingga ulang tahun ke-2 saya selalu menggunakan kontrasepsi. Lho? Bukannya PCOS bakalan susah hamil? Iya, memang. Haid saya masih belum teratur bahkan setelah Raina lahir. Tapi tidak separah sebelum punya anak. Dan saya ingat pesan dokter kandungan